Jumat, 02 Maret 2012

Dra.Hj. Siti Sondari,M.Pd

Dra. Hj. Siti Sondari,M.Pd
Dra. Hj. Siti Sondari,M.Pd lahir di Kuningan, 12 Agustus 1957. Anak bungsu dari 9 bersaudara pasangan Hj. Abu Bakar (alm) dan Hj. Ratinah (alm). Semasa kecil tinggal di Desa Bangunjaya, Subang Kab. Kuningan. Menempuh pendidikan dasar di SDN Subang III, SMPN Subang, dan SMAN 1 Cirebon, lulus pada tahun 76. Menempuh pendidikan tinggi di IKIP Negeri Jakarta, mengambil jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Ia mengambil program pascasarjana program Magister Pendidikan di Universitas Galuh Ciamis dan memperoleh gelar Magister tahun 2008, setelah putus tiga kali karena faktor kesibukan dalam menjalankan pekerjaan.
Karir pekerjaan sebagai pendidik dimulai di dosen Universitas Swadaya Gunungdjati Cirebon (Unswagati) pada tahun 1980 sebagai tenaga pengajar mata kuliah fonologi (linguistik). Selanjutnya, ia pindah ke Sulawesi Tenggara dalam rangka ikut suami menjalankan tugas sebagai tenaga ahli pertanian di sana. Selama di Sulawesi Tenggara, ia mengajar di SMAN 1 Kendari. Ia pindah mengajar ke SPG Negeri 1 Majalengka (sekarang SMAN 2 Majalengka). Di SPGN Majalengka, Siti Sondari mengajar Bahasa Indonesia selama 18 tahun. Ia adalah salahsatu saksi hidup perjalanan SMAN 2 Majalengka. Ia masih mengingat sekolah tersebut dahulunya bernama SMAN Ahmad Yani sebelum akhirnya berubah nama menjadi SMAN 2 Majalengka.
Pada tahun 2005 mendapatkan tugas tambahan sebagai Kepala SMAN 1 Sumberjaya selama 13 bulan sebelum akhirnya ditugaskan di tempat baru sebagai kepala sekolah di SMAN 1 Kadipaten.
Hj. Siti Sondari menikah dengan Ir.H.Juhana,MM dan dikarunia seorang tiga anak bernama Dr. Andika Sonjaya, kini bekerja sebagai dokter di RSUD Cideres Majalengka. Anak keduanya, Haris Santosa Juhana, SH bekerja sebagai PNS di Badan Karantina Provinsi Jawa Barat (Departemen Pertanian), dan anak bungsunya masih menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran di Universitas Dipenogoro (UNDIP) Semarang.
Menurutnya di jaman teknologi yang serba canggih, kondisi Bahasa Indonesia adalah banyaknya siswa yang mempergunakan bahasa Indonesia kurang tepat karena pengaruh Facebook, Twitter, sehingga mereka kebanyakan mempergunakan bahasa gaul. Ketika berhadapan dengan bahasa formal (bahasa baku) mereka tampak sangat lemah. Mereka kebanyakan tidak mampu membedakan bahasa formal dan bahasa gaul. Salahsatu solusinya adalah harus rajin membaca di perpustakaan, mendengarkan berita atau informasi, membaca koran atau majalah, dan akhirnya bisa memperkaya diksi mereka khusus dalam bahasa formal atau baku. ***







Tidak ada komentar:

Posting Komentar